Kerinduan Para Penyanyi, Penari Boy/Girlband (Kajian Budaya)

Nihil

Ketika hawa industri belum semakin merekah seperti sekarang, kebudayaan seni di negara kita memang sudah ada. Berbagai seni kebudayaan mewarnai Indonesia dari seluruh penjuru indonesia, yah kita tahu dari sabang sampai merauke selain berjajar pulau-pulau ada juga bermacam-macam kebudayaan yang hidup. Tidak perlu rasanya untuk menyebutkannya satu persatu, barangkali akan lebih bagus jikalau anda sendiri seorang Indonesia harus mempunyai usaha sadar diri berkenalan dengan Kebudayaan seni Indonesia.

Lambat laun dengan semakin pekatnya kegelapan yang ditawarkan hawa industri ke Indonesia, kebudayaan seni Indonesia serasa dibiaskan dan dibunuh perlahan-lahan. Disini bukan artinya ditinggalkan begitu saja, akan tetapi orang-orang yang tidak hidup pada zaman dimana hawa industri belum nampak merasa asing kalau harus berkenalan dengan kebudayaan seni. Prihal hawa industri yang semakin kuat menerjang memang akan menimbulkan beberapa efek yang mengejawantahkan, semisal pada diskursus modernisme & postmodernisme disebutkan bahwa orang-orang modern mulai merdeka dengan mengenal dirinya mempunyai kehendak untuk menciptakan sesuatu yang banget.

Lantas yang mereka lakukan adalah dengan membenahi pikiran mereka terhadap sesuatu yang mengekang, sesuatu hal mistis yang mengekang mereka pada masa lalu. Sebabnya adalah bahwa mereka mempunyai rasa ingin terbuka dalam menatap hidup, oleh sebabnya mereka mempunyai pedoman carpe diem. Yang mereka fokuskan adalah sesuatu yang bisa digapainya hari ini adalah untuk hari-hari esok juga sama. Tanpa melihat pada masa lalu mereka yang dikekang oleh hal-hal misitik yang kuno.

Secara tidak disadari langsung oleh kita bahwa hal yang begitu tersebut sekarang tengah hadir dikita, disini tepat dibawah selimut yang menghangati dinginnya tubuh. Pada kebudayaan dan senilah kita bisa menyaksikan betapa memang kuatnya hawa industri mengancam kekuatan Indonesia, termasuk kelokalan dibeberapa daerah. Dengan sangat mudah ketika kita jumpai sekarang anak kecil banyak menanggalkan budaya-budaya asli daerah, budaya disini kita sebut saja keseharian aku pada waktu masih kecil, dan kemungkinan besar ketika aku kecil keseharian yang dilakukan berbeda pula dengan yang terjadi ketika ayah dan ibu kita masih kecil pada zamannya.

Ada sesuatu yang hilang yang tengah kita rindukan keberadaannya, namun hawa industri semakin lantang untuk membiaskan itu semua. Lalu siapa yang lantas dipersalahkan?. Tidak mudah memang untuk menjawab sebatas seperti kita membuka telapak tangan, perlu ada penjelasan lebih merinci untuk mencari jawaban betul seutuhnya.

Tapi setidaknya gambaran orang-orang modern yang pernah melanda ketika perkembangan post industri yang terjadi di Amerika Utara bisa dijadikan hal yang serupa namun berbeda zaman. Lantas apa yang terjadi ketika kondisi di Indonesia yang terbuka terhadap kemajuan tekhnologi? Adalah yang sangat tepat sekali orang-orang Indonesia mulai terbuka dengan kebudayaan yang datang dari barat, yang menurut Adorno ketika pada waktu itu kebudayaan dibarat tengah dimasuki penyimpangan yang akut. Penyimpangan yang mendasari kehadiran kebudayaan populer yang dikembangkan media massa.

Salah satu contohnya mungkin adalah kebudayaan populer yang sekarang ini lagi gandrung disenangi kawula mada Indonesia, yah siapa yang tidak tahu boyband, girlband, sampai-sampai ke industri film semuanya tentang Korea. Lewat produksi massa dan pemberitaan yang tak kunjung henti membuat kebudayaan populer korea ini semakin mendapatkan tempat diperindustrian musik Indonesia. Terbukti dengan banyaknya group boyband yang merupakan asli dari Indonesia, grilband yang semakin trendy, bahkan sampai kepada film pun ada salah satu yang screennya mirip dengan film-film Korea.

Apa yang tengah terjadi di Indonesia sekarang ini adalah goncangan yang datang tiada henti, ditengah industri musik yang ditambah tekhnlogi yang semakin gencar membuat orang-orang Indonesia kecelimpungan dalam pengindentitasian diri, kemana aku harus ikut dan kenapa aku harus meninggalkan yang lama?

Dalam buku Popular Culture-Dominic Strinarti, disebutkan bahwa kebudayaan populer itu lahir dan terjaga karena media massa, artinya ada awal cerita sebelum cerita inti masuk dan menjadi setubuh dengan kita. Kita masih ingat sebelum trendy nya boyband dan girlband, terlebih dahulu perfilman yang sedikit demi sedikit merasuk dan menjiwai orang-orang Indonesia, tidak heran banyak VCD2 Film Korea yang dijual murah di emperan. Dari rasa suka dan megagumi orang-orang Korea, mulailah fase yang dinanti para peneliti elit kapitalis, yang merasa ini akan menjadi angin segar bagi perindustrian. Band2 Korea mulai diperkenalkan sampai sekarang seperti yang kita lihat saat ini adalah efeknya mungkin. Adanya kekaguman/kefanatikan muncul dari gemboran dan balutan yang indah dari media massa, karena seperti dicekok-cekoki secara terus menerus akan hal itu maka mungkin akan terbiasa melihatnya…

Kerinduan Para Penyanyi dan Penari adalah sebuah ungkapan penulis atas orang-orang yang tengah berjoged ria, bersolek gembira sambil meliukan badan dan kepalanya, orang seperti merekalah yang tengah merindukan sesuatu yang mereka inginkan, sesuatu yang mereka kagumi dari pencitraan media massa. Disanalah letaknya mereka menemukan kecocokan, keseragaman yang benar-benar membuat mereka ingin seperti orang yang mereka kagumi.

Kerinduan tersebut terlahir mungkin karena adanya sesuatu yang hilang dari kebudayaan yang pernah kita alami sebelum datangnya hawa Industri. Hawa industri yang paling mematikan adalh kita dibawa kedalam suatu yang plural, yang kata McLuhan itu adalah Global Village, Village disini mempunyai arti bahwa penempatan kita didalam village massif yang sudah kehilangan kohesi sosial dan ideologi. Baudliard senada dengan luhan mengatakan adanya implosion, media massa telah menyatukan manusia kemudian membiarkannya meledak kedalam, batas tradisi, bangsa dan ideologi, cair luluh begitu saja. Ziqmunt Bauman melukiskan situasi ini sebagai menguatnya wilayah estetik dan memudarnya wilayah kognitif dan wilayah moral.

Kerinduan Para Penyanyi & Penari adalah sebuah rasa yang ingin diungkapkan mereka yang tengah gembira menemukan ideologi yang sama untuk dikenalkan kembali, mereka serasa mendapatkan tempat. Pernahkan anda berpikir bahwa pertama kali kebudayaan populer itu dipopulerkan oleh orang-orang yang sudah terbiasa dengan tekhnologi, orang-orang yang hidup dikota yang notabennya tingkat kemajuan tekhnologi sudah menjadi-jadi? Tranformasi radikal yang dikaitkan dengan bangkitnya jenis produksi industri mekanis dan berskala besar semakin banyak pertumbuhan bangunan2 kota. Dimana orang semakin banyak yang berkerja dan tinggal disana dikatakan telah mengikis struktur sosial yang pernah cemerlang di Indonesia mupun struktur nilai yang pernah dipertahankan.

Ditengah keanehan struktur yang mewarnai tranformasi tersebut maka orang-orang yang hidup disana akan mudah di atomisasi menjadi massa yang benar terkendali oleh elit kapitalism. DItengah jenuhnya industri musik di Indonesi mereka serasa mendapatkan rindu yang sepadan dengan apa yang dia inginkan, apa yang dulu mereka kagumi sekarang bisa mereka rasakan dan diputar balikan jadi mereka yang dikagumi. Terlepas dari itu mengapa mereka tidak ingin merindukan hal-hal seni kebudayaan lokal didaerahnya masing-masing? Mengapa harus boyband, girlband yang menjamur? apakah ada berkat kehendak yang menginginkan dan media massa yang menjadi perantara komunikasi ideologi mereka.

Jawabannya simple aja karena secara tidak langsung kebudayaan seni yang tidak mendapatkan penghasilan uang akan semakin sempit untuk berkreasi, meskipun masih ada namun hanya sampai kepada biasa saja. Kebudayaan populer itu telah dinodai dengan ideologi yang menginginkan keuntungan penuh dar nilah lebih, nilai tukar. (Strinarti)

Kerinduan Para Penyanyi & Penari adalah suatu bentuk kesalahan fatal yang harus dibenahi, bukan saja akan terus menyebar melainkan akan mempersempit laju kebudayaan lokal yang notabennya tidak menghasilkan uang. Masih segar dalam ingatan kita ketika bahasa alay menjamur di Indonesia, saya mempunyai asumsi bahwa bahasa tersebut awalnya adalah dari orang-orang kelas atas saja, namun dengan media komunikasi bahasa tersebut mulai menyebar kedalam perkampungan dan mendapat tempat yang nyaman bagi orang-orang kampung. Disaat kita harus membenahi bahasa ibu dan bahasa negara kita, sesuatu yang aneh datang dan diterima dengan baik.

Aku takut kalau suatu saat kerinduan tersebut akan menyebar seperti layaknya diatas, kerinduan para penyanyi & penari itu harus dibatasi oleh mereka, karena kalau mereka terus menerus menyebarkannya maka jangan salahkan aku bahwa mereka tidak lain sebatas tentara-tentara bawahan yang dikomandoi oleh orang fasis.

Barangkali aku tidak menutup kemudian untuk kalian berkomentar bebas didalam artikel ini, semoga apa yang aku tuliskan disini membuka keingintahuan kalian perihal kebudayaan populer…


--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Pesan dan Komentar Anda di Sini