Will You Stay a Little Bit Longer Than You Should?

saya bukan srikandhi. apalagi sembadra.

Sudah 5 malam aku tak mendapat pesan darimu. Sesiang inipun , satu smsku tak ada yang berbalas. Aku tak tahu entah apa yang terjadi. Okelah, mungkin aku berlebihan atau lebay seperti katamu. Tapi tidak adakah waktu sedetik saja untuk membalas satu pesanku dan mengabari, bahwa kamu baik-baik saja?

Aku juga merasakannya Sayang, ketika 4 bulan ini menjadi bulan-bulan terkacau dan terberat kita. Aku begitu paham, mungkin kamu sudah merasa jenuh kepadaku. Lelah mendengar semua ceritaku. Muak mencium pipiku. Dan mungkin tak ingin bersamaku. Tapi, tidakkah kita bisa memperbaikinya?

Aku sangat suka pedas. Kamu tahu kan aku sangat suka sekali pedas? Dan mungkin disini kamu adalah cabai yang sangat pedas sedunia. Tapi tak membuatku kapok untuk memakannya. Bahkan aku rela mengorek-korek dengan tanganku untuk menikmati di pedas terakhir. Kapok lombok kata orang Jawa.

“Will U stay a little bit longer than U should?”

Kata-kata itu yang selalu aku ingat. Bahkan sudah meresap ke nadi-nadiku. Kata itu yang membuatku berani mengambil resiko untuk selalu mendekatimu ketika kau mulai kesal dan marah kepadaku.

Aku juga jadi ingat episode film “Spongebob Squarepants” yang berjudul “The Paper”. Disana, Squidward mengatakan bahwa Spongebob boleh memiliki kertas bekas milik Squidward, dan meskipun nanti Squidward memohon-mohon untuk memintanya kembali, Spongebob tidak boleh mengembalikannya. Apapun yang terjadi. Dan ini yang terjadi kepadaku. Kamu pernah bilang agar aku tak boleh kemana-mana, meskipun kamu memintaku. Aku harus tetap bersamamu. Dan inilah aku, Spongebob yang lugu dan bodoh.

Kukira selama ini kita baik-baik saja. Sampai suatu ketika kutemukan diriku bercermin dan kulihat mataku yang menghitam karena sering menangis. Sampai suatu ketika kulihat dirimu menahan mual ketika mencium pipiku. Ah, aku hanya seorang yang terlalu lemah saat ini.

Kau bilang aku butuh psikiater, karena kadang emosiku membuatku tak terkontrol, sedih tak terhingga. Dan aku sudah menemui seorang psikiater itu. Tapi dia mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Entah aku yang salah dengar atau memang dalam pikiranku dia mengatakan hal itu. Aku merasa seperti berada di dalam film “The Shutter Island” dan menemukan diriku menjadi gila, dibuat gila, bahkan gila.

Tapi Sayang, hei… aku masih disini. Menggenggam telepon genggamku. Menunggu sebuah pesan dikirim untukku. Darimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Pesan dan Komentar Anda di Sini