Maksud Tersembunyi SBY Membentuk Para Wakil Menteri

1318837199222270684 (Jawa Pos, 17 Oktober 2011)

Seandainya saja hari ini Presiden SBY mengumumkan hasil dari keputusannya dalam melakukan reshuffle (perombakan) Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, tetap saja kejadian ini sudah layak dicatat dalam rekor dunia. Minimal dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), sebagai rekor seorang presiden paling lama dalam melakukan dan mengumumkan hasil sebuah perombakan kabinet.

Sudah lebih dari satu bulan proses perombakan kabinet tersebut belum juga ada hasilnya sampai hari ini. Jadi, semakin lama, semakin layak masuk “prestasi dunia” tersebut. Apalagi kalau ditambah lagi dengan rekor paling banyak sebuah kabinet mempunyai wakil menteri.

Sampai hari ini SBY telah “mencatat prestasi dunia” dengan membukukan sampai 20 orang wakil menteri dalam kabinetnya. Mudah-mudahan, tidak tambah lagi, supaya tidak bikin orang tambah heran.

Selain perombakan kabinet dengan menambah minimal 20 orang wakil menteri itu, sebaiknya juga SBY melakukan perubahan nama terhadap kabinet barunya nanti. Yakni dari nama “Kabinet Indonesia Bersatu” menjadi “Kabinet Partai Politik Bersatu”. Karena memang nama ini lebih cocok daripada namanya yang sekarang.

Sudah hampir pasti bahwa penyusunan kabinet baru hasil perombakan nanti itu akan tidak beda jauh dengan yang sekarang. Yakni mengakomodir sebanyak mungkin kepentingan parpol, untuk menjalankan politik kompromi dan balas budi demi keselamatan kedudukannya di parlemen.

Sekarang saja, dari 34 menteri yang ada, 23 di antaranya berasal dari (titipan) parpol-parpol. Yang menghendaki Presiden SBY wajib menempatkan orang-orangnya di kabinet supaya tidak diganggu nanti di parlemen. Tak perduli, apakah kadernya itu punya skill atau berkompeten di Kementerian yang dijabatnya itu, ataukah tidak. Faktanya, sangat banyak menteri yang memang tidak becus. Terbukti dari begitu banyaknya (kabarnya 10) menteri yang mau diganti.

Jadi, kepentingan rakyat justru dikorbankan akibat dari ketakutan seorang Presiden kehilangan dukungannya itu. Padahal konon kabarnya beliau didukung oleh lebih dari 60 persen rakyat pemilih dalam Pilpres 2009.

Diduga kuat karena proses tawar-menawar, dan ancaman dari parpol-parpol tertentulah itulah yang membuat SBY pusing tujuh kelililing untuk bisa benar-benar menjalankan hak prerogatifnya itu.

Apalagi dengan menghadapi perilaku yang rakus dan serakah jabatan menteri yang dipertunjukkan secara tanpa malu-malu lagi itu masih ditambah dengan sikap kekanak-kanakan mereka. Lengkaplah SBY dari pusing tujuh keliling menjadi pusing tujuh puluh keliling.

Misalnya, PKS yang mengancam, kalau sampai SBY berani mengurangi satu saja jatah menteri mereka, maka mereka akan menarik semua dari empat menteri yang sekarang ada. Atau akan membeberkan rahasia kontrak politik yang pernah mereka lakukan dengan SBY. Entah rahasia apa, sampai-sampai rakyat saja tidak boleh tahu. Dan, kelihatannya ancaman itu cukup ampuh.

Ada lagi kabar seperti yang dilangsir Media Indonesia online, bahwa rencana SBY mengurangi satu jatah menteri dari PKS akan berpengaruh pada Golkar juga. Supaya PKS jangan sampai ngambek gara-gara menterinya dikurangi satu maka SBY juga akan mengurangi satu jatah menteri dari Golkar! Supaya ada “teman sependeritaan”, dan SBY kelihatannya adil, gitu. Benar-benar asli, seperti kelakuan anak-anak.

“Harus diingat bahwa Golkar itu masuk belakangan. Jadi biar PKS tidak marah, kursi Golkar juga bakal dikurangi,” ujar sumber Media Indonesia, Minggu (16/10). Maksudnya, tempo hari, PKS-lah yang lebih dulu bergabung dalam koalisi pemerintahan SBY, baru diikuti Golkar.

Menghadapi sikap tak terpuji dari parpol-parpol inilah yang sebenarnya membuat SBY melakukan keputusan yang cukup kontroversial dengan pengangkatan sedemikian banyaknya wakil menteri. Itu semua ada maksudnya.

Alasan sesungguhnya adalah bahwa sebenarnya SBY hendak mencopot beberapa menteri dari beberapa parpol, dan menggantikannya dari tokoh yang bukan dari mereka lagi. Karena stok SDM mereka tidak ada yang memenuhi syarat untuk menjadi menteri.

Kalau mau berada di jalan yang benar, SBY akan mengurangi sebanyak mungkin jatah para politisi itu sebagai menterinya. Tetapi karena adanya ketakutan dan tawar-menawar politik tersebut di ataslah, SBY tersandera, tidak berani melakukannya secara terang-terangan.

Jalan keluarnya adalah dengan mengangkat sejumlah wakil menteri itu. Dengan harapan bahwa sesungguhnya nanti yang benar-benar bekerja secara maksimal adalah para wakil menteri itu. Karena sesungguhnya merekalah yang berkualitas, memenuhi syarat dan berkompeten menjabat sebagai menteri lebih baik daripada menteri itu sendiri.

Sedangkan para politisi yang berasal dari parpol-parpol itu akan menjabat asal namanya saja sebagai menteri, tetapi karena ketidakbecusannya sesungguhnya tidak melakukan apa-apa dalam melakukan kebijakan-kebijakan rutin sehari-hari dalam menjalankan fungsi kementerian. Yang penting para menteri yang berasal dari parpol-parpol oportunis itu tetap mempunyai kewenangan-kewenangan menteri yang bisa dimanfaatkan demi keuntungan parpolnya. Sebab bukankah inilah alasan sesungguhnya mereka begitu ngebet-nya menuntut jabatan menteri ke Presiden SBY? ***

Tulisan saya lain yang berkaitan:

KEGADUHAN PEROMBAKAN KABINET, CERMIN PERILAKU PARA POLITIKUS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Pesan dan Komentar Anda di Sini