Percakapan Sesama Setan Di Istana Negara. Setan pun Ingin Jadi Wamen

Pukul 20.05 tanggal 19 Oktober 2011, sesaat Presiden SBY memasuki Istana Negara menyampaikan latar belakang, alasan dan tujuan atau harapan reshuffle  yang ingin dicapai  dari Kabinet Indonesia Bersatu (menjadi)  jilid dua, tak terlihat banyak orang di langit-langit istana di ruangan tempat presiden memberikan ceramah dan pandangannya tersebut bergelantungan setan-setan dalam berbagai ukuran, bentuk dan raut wajah yang beraneka ragam gaya dan tingkahnya.

Ada barisan setan yang kerjanya senyum-senyum memandang seisi ruangan dan tamu dan para hadirin dari berbagai kalangan. Ada juga yang memandang hampa polos tanpa ekspresi seolah kelompok setan itu sudah tidak perduli lagi dengan apapun jalan acara “maha penting” di ruangan yang sangat nyaman itu.

Di sisi lain ada setan yang terlihat sedih dan pilu. Entah apa yang ada dibenak pikiran setan itu. Entah karena jagoan dan harapannya ternyata TIDAK disebutkan oleh presiden SBY ataukah karena ia kecewa karena pilihan SBY yang dinilainya TIDAK sesuai dengan harapannya.

Melihat kelompok setan yang sedih dan pilu itu, muncullah raja setan, sebut saja “Bos” menghampiri anggotanya yang sedang nelangsa atau nestapa itu. Raja Setan yang dipanggil “Bos”  menghampiri si Ifrid. Mereka terlibat pembicaraan serius berikut ini :

Bos :  ” Ada apa geng, kok kamu keliatan loyo seperti tidak makan seminggu?”

Ifrid : ” Gemana gak loyo, bos.. Sudah hampir sebulan ini saya mikir terus tentang reshuffle ini, kok sepertinya makin aneh-aneh saja yang ngisi Istana  kita ini sekarang, ya? Apa mereka gak tahu bahwa reshuffle bagaimana pun tidak akan mengubah situasi dan kondisi menjadi lebih baik dalam pemerintahan SBY?”

Bos : ” Kok tiba-tiba kamu udah mikir politik, emangnya kamu pengen jadi menteri juga?”

Ifrid : ” Bukan begitu bos… Masalahnya sia-sia saja. Persoalannya BUKAN pada menciptakan menteri ini dan itu, atau menukar menteri ini ke menteri itu. Juga bukan karena wakil menterinya berjibun segerobak begitu…!”  Ifrid menunjuk ke arah kelompok wakil menteri dan menteri yang hadir malam itu.

Bos : “Kamu tahu apa, kamu bisanya kan cuma menjalankan perintah saya. Godain seluruh manusia itu. Biarpun mereka telah disumpah dengan menyebut nama Tuhan, biarpun mereka telah bersumpah tidak akan memberi sesuatu apapun dan tidak akan menerima sesuatu apapun dari seseorang  selain untuk kepentingan negara dan bangsa, tugas mu adalah merayu mereka semua. Rayu mereka agar melawan sumpah itu. Rayu mereka agar menerima dan memberikan sesuatu untuk tercapainya tujuan pribadi mereka. Rayu mereka….!” Sang  bos mulai bersuara lantang sambil menunjuk batang hidung anak buahnya yang mulai terperangah melihat si bos naik darah dan tidak seperti biasanya.

Ifrid : “Maaf bos, bukannya saya gak mau jalankan tugas bos, bukannya saya membantah, bukannya saya gak setia lagi, saya sedih karena dengan semakin banyak mereka berkeliaran di Istana. Tempat kita jadi kurang nyaman nanti. Mau tidur gak bisa, mau ngaso gak bisa, mau karaoke apalagi…? Bos kan suka nyanyi dan karaoke kan? Nah, gemana bos bisa menikmati hobi bos kalau orang-orang gentayangan hilir mudik sehingga bos kehilangan waktu untuk nyanyi dan memainkan alat musik bos nanti..?”

Si Bos sempat terhenyak sesaat. Tapi dasar memang setan ia gak habis akalnya. Dia mengajak si Ifrid anak buahnya ke sudut ruangan.

Bos : ” Sini” kata si Bos menarik langan tangan si Ifrid. Lalu ia meneruskan kalimatnya setengah berbisik “Ini rahasia, mari kita bicara di sudut ruangan sana, ya?”

Mereka dua ngelayap ke salah satu sudut ruangan  istana tepatnya di bawah gambar lukisan raksasa Jendral Sudirman. Lalu si Bos meneruskan kalimatnya sambil menunjukkan ke arah lukisan Jendral Besar Sudirman.

Bos : “Geng… Kamu lihat ini? Kamu kenal siapa itu…?”

Ifrid : ” Kenal bos. Itu kan Sudirman panglima besar yang paling disegani dan luhur karena kesederhanaan dan integritasnya kepada bangsa dan negara” jawab si Ifrid pelan.

Bos : ” Betul.. otak mu masih encer ya? Benar itu Sudirman. Perlu kamu ketahui, jangan harap akan ada lagi seperti Sudirman jaman edan begini. Biarpun mereka bersumpah  seribu janji ini dan itu, jangan harap mereka punya integritas seperti jendral Sudirman ini. Semua yang  mereka suarakan dalam sumpah nanti gak bakalan diingat dan dijalankan. yakinlah…” si bos makin sengit saja menenangkan anak buahnya.

Ifrid : ‘Tapi, soal hobi bos yang terganggu gimana, tukh…?”

Bos : ” Kalau urusan itu mah kecil…. gak perlu kamu risaukan… He..he..he…” Si Bos mulai tertawa.

Ifrid : “Ha..a.ha.haha.ha.ha….. ” Si Ifrid jadi ikut tertawa sambil menanyakan caranya bagaimana.

Bos : ” Kamu kan tahu, tugas mereka akan berat dalam 3 tahun terakhir. Mereka akan ketakutan sendiri menerima tugas dan jabatan itu. Mereka itu sebetulnya stres, karena dipundak mereka akan diberikan tanggung jawab berat. Jika SBY gagal menyelesaikan tugasnya dalam tiga tahun terakhir nanti mereka-mereka ituah yang akan menjadi kambing hitam alias biang keroknya.”

Ifrid : Lalu, bagaimana dengan kaitannya dengan terancamnya hobi bos tadi yang terjamin gak bakalan terganggu?”

Bos : “Yakinlah, mereka akan satu persatu mengundurkan diri karena beban kerja yang amat berat, tumpang tindih dan makin tidak terkoordinir. Ruangan ini gak akan sering dipergunakan lagi karena mereka akan sibuk memperlihatkan kehebatan masing-masing tapi hasilnya nihil”

Ifrid : “Artinya ruangan itu akan melompong karena tidak ada pelantikan menteri-menteri lagi paling tidak dalam tiga tahun terakhir?”

Bos : “Ya  iyalah.. Mereka akan tidak menggunakan ruangan ini lagi karena mereka sibuk ke pos masing-masing yang penuh dengan masalah. Mereka tidak akan mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik karena tekanan dan demonstrasi mahasiswa akan terjadi dimana-mana meminta pembubaran kabinet dan turunnya presiden SBY sebelum mencapai finish”

Ifrid : Terperanjat dia mendengar hal itu… “Hahhhh… Nah itu yang saya gak sanggup melihatnya  bos.. Saya kasihan lihat SBY mendapat mosi tidak percaya dan dilengserkan. Saya tak kuasa melihat kenyataan itu bos.. Saya tau SBY tidak bekerja sendiri dan tak akan mampu bekerja sendiri mengurus negeri dan bangsanya. Ia tergantung sekali kepada menteri-menterinya… Artnya SBY itu menurut saya sangat baik dan demokratis…” kata si Ifrid pelan.

Melihat jawaban si Ifrid seperti anak-anak dan melankolis begitu, si Bos jadi naik pitamnya…

Bos : “mas..gini aja ya..? Sampeyan ini mau berpolitik atau mau  jadi setan aja ngerayu orang-orang itu agar tergelincir..? Kok sampeyan yang sedih, emangnya sampeyan mau jadi menteri juga… ?”

Ifrid : “Maaf bos… Saya gak pengen jadi menteri. Kalau saya jadi mereka saya pengen jadi wakil menteri aja..”

Bos : “Karena apa?”

Ifirid : ” Karena jabatan wakil menteri kan gak jelas kerjanya. Siapa yang beri perintah? Kalau menteri yang beri perintah mengapa SK nya dari Presiden? Kan jabatan Wakil Menteri mirip jabatan wakil presiden, kerja aya hanya menunggu pak Menteri datang, kasi hormat, manggut-manggut, terus salam-salaman. Enak jadi wakil menteri aja… he..he..he..”

Bos : ” Dasar kamu setan… Kamu tahu enaknya aja. Ntar kalau menterinya dituuh membleh wakil menteri yang jadi sasaran kambing hitam tau???? ” si Bos  meninggalkan tempat arena sambil menunjuk ke jidat si Ifrid yang pengen amat jadi wakil menteri ketimbang jadi menteri karena lebih enjoy katanya…

Demikian dialog imajiner antara setan yang gentayangan di Istana Negara  pada malam sebelum pelantikan menteri dan wakil menteri KBI jilid II. Setan aja masih pengen jadi wakil menteri he..he..he…

Salam Kompasiana

abanggeutnayo


--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Pesan dan Komentar Anda di Sini