{Serial Kompasiana} Nama-nama di batu nisa

(episode 7)

Hujan lebat sudah mereda, kini pepohonan yang masih basah mulai mengibaskan diri mereka untuk mengeringkan dahan-dahan mereka lewat tiupan angin laut yang terasa tidak terlalu jauh dari tempat itu berada.

Andre terbangun dari tidurnya yang tidak pernah terasa nyenyak, dari celah pintu dia bisa melihat cahaya siang sudah muncul menggantikan malam yang dingin, keadaan hutan terlihat sangat teduh. bahkan saat Andre bangkit meninggalkan Jhon yang masih tertidur di samping senter yang tergeletak di bagian kanan genangan air, Andre bisa melihat bebatuan nisan masih basah dengan rerumputan yang hijau menumbuhi celah-celah yang meretak.

Melewati pintu yang engselnya sudah tak ada lagi, Andre melangkah maju, meninggalakan rumah pemakaman, lampu yang masih bergoyang, tergantung tak lagi menyala. Baju putih yang dikenakan oleh Andre kini sudah penuh dengan noda tanah yang menempel karena dia berbaring di lantai yang kotor semalam, baru melewati beberapa anak tangga langkah Andre terhenti. Tatapannya tertuju pada puluhan batu nisan yang mulai terlihat jelas nama-nama yang terkukir di balik rerumputan yang tumbuh.

Salah satu nama yang terukir di nisan paling depan itu menarik perhatian Andre. Irfan Ajis itulah nama yang terukir dengan sangat jelas, nama seseorang yang membuat kepalanya memutar banyak memeori masa silam yang sudah lama menghilang begitu saja.

Andre mendekat kearah batu nisan tadi, menarik rerumputan yang menghalangi pandangannya, menyapu berkali-kali batu nisan dengan seksama. Di bawah nama Irfan Ajis tertulis sebuah nomor 23C. Tak ada ingatan di kepala Andre tentang nomor 23C, entah bermakna apa nomor itu, entah menandai apa nomor itu. Apakah menandai jumlah kematian atau hanya sebuah pertanda yang membuat perbedaan di antara bebetuan nisan yang ada?. Semua pertanyaan itu semakin bergulat dipikiran Andre.

Lalu Andre mulai beralih pada batu nisan yang lainnya, kali ini dia menemukan nama lain yang juga sangat mengejutkan, nama itu adalah nama istrinya sendiri, Lisa, di batu nisan itu juga terukir nomor 25C, kegelisahan di hati Andre semakin bertambah. Benarkah dugaanku selama ini?. Andre berprasangka.

Dari batu nisan satu beralih ke batu yang lain. Temuan demi temuan membuat Andre semakin terkejut. Seperti, Simon Arbian Rahman 24C, Anggi 20C dan ada beberapa lagi yang terlewatkan.

Nama-nama itu memiliki memory tersendiri bagi Andre, akan tetapi beberapa dari memory itu sudah hilang dan hanya membekas seperti de’javu. Dan sampailah Andre pada dua batu nisan yang menghentikan langkahnya, dua batu nisan itu bersebelahan, keduanya tertutup rerumputan lebat. Andre menarik rerumputan yang membelit, jantungnya berdetak kencang, rasa cemas dan penasaran yang tiba-tiba menyerang dirinya menghilangkan ketenangan yang sebelumnya ada dipikirannya.

Andre 22C dan Jhon Snow 21C, dua nama itu terukir pada dua batu nisan yang saling berseblahan. Andre mendekatkan pandangannya, menyapu berkali-kali ukiran yang membentuk nama Andre dan Jhon, akan tetapi semuanya masih terbaca sama. Ada apa dengan batu-batu nisan itu?. Mengapa semua nama yang terukir di sana memiliki rasa yang sangat dekat?. Dan mengapa nama Andre sendiri serta Jhon pun ada di batu nisan itu?.

Dengan jantung yang masih berdebar-debar Andre bangkit sambil melihat kebelakang. Langkah seseorang menginjak ranting kering membuat Andre cepat menatap kearah sosok yang berdiri dengan senter di tangan kanannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Pesan dan Komentar Anda di Sini